Saturday, March 6, 2010

penantian

gerrrr, lama tertahan. senin baru keluar. sabar yaaah

Monday, January 21, 2008

ngantuk aku

Seperti adam dan hawa yang di ciptakan Tuhan sebagai nenek moyang manusia.
berapa lama kurun sejarah itu diciptakan dan mengisi bumi dengan segala daya ciptanya.

Sunday, December 16, 2007

biasa

Tanggal 16 desember dan beberapa menit lagi masuk tanggal 17, seperti malam-malam biasanya tak ada hal yang lebih.
memikirkan apa yang harus dilakkan dan apa yan harus dikerjakan esok hari ,.. hahahaha hal biasa itu adalah seperti itu.

Saturday, December 8, 2007

akhir-akhir tahun ini saya jarang menulis dan tentunya banyak hal yang tidak bsia saya catat dengan detail apapun itu yang membuat saya bisa mengingat hal-hal kecil dan segar yang seharusnya saya ingat untuk kedepannya.
seperti halnya membuka lagi catatan kecil yang pernah tertulis di hari-hari atau bulan-bulan atau bahkan tahun-tahun seelumnya selalu saja bisa ditemukan hal yang mnyenagkan. hal yang bisa mengingatkan kita akan berbagai kejadian yang selalu memberikan berbagai penginsafan yang mungkin bisa untuk dijadikan alasan untuk tersenyum.
rasanya seperti menyimpan beberapa uang yang bisa melegakan kita saat kita membaca tulisan yang pernah kita buat.
hanya saja saya menyadari saya ini adalah orang yang pada dasarnya tidak memiliki kedisiplinan untuk menulis hingga sedikit sekali tulisan yang bisa saya baca, sedih saat menyadari itu, cuman bukan hal yang kosong ada beberapa catatan kecil yang selalu bisa diingat.

Monday, March 5, 2007

Long Time No See

Hanya saja saya pernah menagis saat diminta mengakui dalam penghargaan, mengenai kemerdekaan hidupnya, saya percaya mengenai keadilan itu bersumber dari jiwa masing-masing individu, bukan pemahaman universal yang bisa dijadikan ukuran berdasarkan rasionalisasi. Adalah itu, bagian hidup yang memberikan penghayatan terbesar dalam perjalan hidup yang ada.

Mulanya saya tidak tahu harus berkata apa, saat dia telah membuka dan menyusun berbagai argumentasi matang dari masalahnya untuk bisa difahamkan ke saya, hanya bisa saya rasakan bahwa dia membutuhkan kedaulatan dan kemerdekaan dari keinginan bebas yang telah mutlak ada padanya, untuk tidak diungkit-ungkit oleh siapapun. Dan itulah sumber segala hal yang menjadi tolok ukur bagi memahami masalahnya, bukan apa yang saya yakini baik, tapi apa yang ada dalam benaknya, sejauh mana saya bisa membaurkan diri saya ke dalam perasaan-perasaan yang dia inginkan. Hanya ada satu pilihan, mencoba bisa memahami perasaannya dengan penuh, meski tak ada kesanggupan untuk menjelajahi perasaan apa yang ada dalam dirinya. Karena semakin dalam diri ini memahami perasaanya maka semakin melebur hilanglah diri ini di dalamnya, dia menginginkan hal yang tidak pernah saya inginkan. Dibatas ketidak sanggupan, saya meyakinkan diri untuk menjadi seorang yang bisa. Bisa menerima segala hal yang menjadi keinginannya.
Saat itu saya hanya punya satu dasar kuat untuk memberikan penilaian, bahwa orang yang baik harus diperlakukan dengan baik. Baik adalah saat kita mampu memberikan penghargaan terbesar dari keinginan bebasnya. Meski harus dengan konsekwensi, kita menjadi tidak tahu apa-apa. Baik-baiklah selalu, saya selalu menyertaimu.

Tiada gading yang tak retak, kamu adalah manusia yang sungguh-sungguh manis, dan saya adalah manusia yang sungguh-sungguh memiliki itikad, hanya saja keadaan kita tidak diafirmasi oleh kenyataan (itu katamu, saat itu, saat kamu meyakinkan diriku untuk terus tegar dalam melihat masalah itu dengan worldviewmu). Minimal kita bisa merasakan kebaikan-kebaikan itu dalam hati kita. Dan menjadi soul bagi perjalan hidup yang rumit ( dan ini adalah konklusi dariku setelah saya melangkah terus pasca kejadian itu), hidup akan selalu manis dan hidup akan selalu indah bila mana benar kita menjalaninya dengan berbesar hati. Orang baik selamanya akan mendapatkan kebaikan, kamu jangan pernah takut dengan hidupmu. Hukum alam berkata demikian.



Hanya Larut Malam Waktu Kita

Merumuskan hakikat hidup, seperti mengakui kelemahan yang potensial ada dalam diri kita adalah hal yang sungguh sulit. Betapa orang lain dan meski dia adalah orang terdekat mengetahui itu, dan mencoba memberikan masukan untuk “membantu” mengenai bagaimana baiknya, agar hal yang berkaitan dengan kelemahan diri ini bisa diperbaiki atu minimal dieliminir seminimal mungkin dalam hal untuk merubah kelemahan itu tidak nampak begitu dominan, meski tidak bisa dihilangkan.

Tepat, rasanya seperti ditampar untuk diawal permulaanya, dimana saat hal itu dibahas dan dipermasalhkan dalam rangka untuk mencari solusi. Kita faham mekanisme itu memiliki kerangka-kerangka kebaikan, perihal yang membuat diri kita berubah untuk menjadi baik, akan tetapi ada keengganan dalam hal ini, dimana telah jelas diketahui manfaatnya. Mengenai perasaan itu saya hanya bisa berfikir, bahwasanya saya adalah manusia yang mengalami krisis eksistensi. Betapa kolotnya diri ini untuk melakukan koreksi yang seharusnya dilakukan harus menghadapi ada konflik dalam batin, hanya manusia bodoh yang saat dia faham mengenai kebaikan ada dalam dirinya akan tetapi ada keengganan untuk bisa menerima dan mengakuinya secara lapang dada dan sungguh-sungguh menerima koreksi itu.

Seperti terlempar dari kesadaran, kenapa saya menjadi manusia yang seolah tidak mampu mengatasi berbagai potensi dalam diri, sementara orang lain justru bisa membaca dan mengarahkan mengenai kebaikan yang bisa dipilih untuk dijalankan sebagai tahapan dalam menjalani hari-hari yang seharusnya dinikmati, bukan dengan menggerutu.

Oh dunia, oh kawanku sesampainya diri ini menyadari ternyata prespektif-prespektif revolusioner dalam melihat dunia, dan bagaimana menjalaninya kalian sungguh memiliki itu, teramat senang bisa berkawan dengan kalian semua. Saat saya harus menyadari “ saya adalah binatang jalang yang terbuang dari kumpulanya”. Kini saya telah terhimpun dalam kumpulan baru, bersama, semua yang baru dan tak patut lagi mengingat-ingat hari kemarin.
Karena hari kemarin pada dasanya tidak pernah ada, yang ada halnyalah satu kesatuan antara kemarin, sekarang dan esok. Utuh tanpa terpenggal-penggal.

Dulu kecewa, bukan berarti kecewa itu tak bisa dilenyapkan, dimana saat ini memberikan banyak masa dan peluang untuk memperbaiki segala hal yang kita anggap tidak baik, dan itu nyata bisa kita lakukan untuk menciptakan peluang menyenangkan di masa yang akan datang maupun saat sekarang dimana hidup yang senyatanya sedang kita jalani, kita bisa merasa nikmat hidup. Hidup yang menyenangkan adalah hidup yang mampu menerima segala hal yang ada dengan ketegaran, bukan kelebihan banyak hal yang kita punyai, karena dimana saat kita bisa menerima dengan ketegaran, keniscayaanya adalah bagaimana semangat, dan daya juang untuk menjalani hidup ini banyak memberikan nilai positif.

(Terimakasih terdalam untuk kawan-kawan yang selalu mengajarkan bagaimana menertibkan diri, meski hanya saat malam kita bisa berkumpul dan memecah kelunya malam dengan suara-suara ganjil kita, diantara waktu tidurnya  orang. Sehatlah selalu untuk semua kawanku. Dimana yang namanya bergadang bukan hal baik, itu rumus ada sedari dulu, hayo kita kurangi kegiatan begadang itu).


Sunday, March 4, 2007

Kawan Yang Telah Hilang

Saya pernah kehilangan kawan, rasanya menyakitkan. Terlebih masalah dilematis yang menandai keterpususan itu. Mungkin orang tua bilang “nasi telah menjadi bubur”, tak kan ada bentuk untuk bisa dikembalikan seperti semula. Semuanya telah terjadi, semuanya telah menjadi bentuk baru yang menuntut harus difahami bahwasanya itulah bentuk hidupmu yang ada dalam dirinya, jangan tangisi karena hidup indah yang telah hilang bukan hal untuk disesalkan, banyak hal yang bisa kamu ambil dalam kejadian yang telah lampau. Bukankah dirimu banyak berfikir paska kejadian itu, itulah hikmah, itu lah pelajaran besar yang mulai kamu dapatkan. Dan jangan berkecil hari setiap orang tua pasti memiliki sejarah hidup seperti kejadian itu, meski bentuknya berbeda akan tetapi semuanya dalam porsi yang sama, bilamana kamu adalah manusia yang percaya mengenai Tuhan itu adil.

Awalmulanya saya berkeyakinan, dan mungkin dia adalah juga seperti saya mengenai karekteristik dalam berfikir untuk mengurai segala masalah, seorang yang sungguh toleran, memiliki kemauan untuk mendialogkan segala hal, rela memahami kondisi dari keyakinan diluar diri kita untuk berempati dari kondisi orang lain, pendek kata, adalah manusia dialogis. Memahami dan mencermati dari alur masalah, ternyata kondisi satu sama lainya tidak menunjukkan usaha membuka diri dalam menjelaskan masalah dan meminta pengertian-pengertian yang saat itu bisa dilakukan.

Masalah ada dan waktu tetap berjalan, dan sampai sekarang tidak pernah ada penjelasan mengenai duduk perkara dalam menilai masalah itu, akhirnya mengenai kesan masalah itu adalah statis, sementara waktu itu dinamis terus dan terus memberikan pengalaman-pengalaman baru yang bisa dijadikan bahan pertimbangan seberapa penting masalah itu untuk terus dijadikan orientasi dalam memberikan nilai, seberapa baik hal itu untuk terus diusahakan agar bisa memberikan manfaat kebaikan bagi hidup masing-masing, akhirnya waktu yang menguji. Bahwa masalah itu seolah tidak menjadi penting lagi menginggat hidup banyak memberikan warna. Dan mulailah dalam diri saya bertumbuh sebuah keyakinan bahwa Tuhan adalah maha segala apa yang tidak kita tahu.

Masalah yang menyedihkan adalah, saat tidak adanya ruang untuk memberikan pemahaman, mengapa dan kenapa masalah itu muncul, serta bagaimana, saya dan dia harus memahaminya, sejauh saat itu kita tidak pernah menemukan bentuk mediasi yang tepat untuk menguraikan dan memahfumkan bahwa masalah itu adalah manusiawi. Yang ada hanya emosi belaka. Dan sampailah keterpisahan yang benar-benar nyata memengal kehidupan dari masing-masing diri kita. Perpisahan itu tanpa bisa memberikan itikad pemahaman, bahwa ada kesalahan yang harus kita maklumkan dimana kita adalah manusia yang hanya hidup dengan sejengkal pengalaman dalam masa yang terbatas ini.

Hidup terus berjalan, semuanya meneruskan hidupnya. Hanya satu harapanku untuknya ”semoga hidupnya selalu baik, dan dia bisa menikamti hidup yang dijalaninya”. Dia orang pintar dan baik, yang sungguh patut untuk mendapatkan banyak kebaikan dari segala daya usaha yang telah dia lakukan. Sungguh ternyata hidup ada bagian yang tidak bisa kita mengerti. Dan mungkin tidak penting untuk mencoba memahami hidup, dikarenakan yang lebih terpenting adalah menjalaninya, bukan sekedar memikirkannya.



  • Civil Code KUHPerdata
  • Penal Code KUHP
  • Constitution's